Sabtu, 25 Juni 2011

Goresan Hati



Melihat dan mendengar keributan yang terjadi beberapa hari yang lalu,  ingatan saya melayang pada kejadian kira-kira sepuluh tahun yang lalu. Kejadian saat saya sangat marah pada seorang teman, mmm...waktu itu masih kuliah jadi ya marah seputar tugas kuliah. Dan mungkin juga ada kejadian-kejadian lain di tempat kerja atau selama bergaul di masyarakat  yang tidak saya sadari. Bicara saya sedikit tajam meski tak setajam silet... hehehe...juga tak setajam kata-kata percekcokan yang biasanya ada di reality show atau tidak sesengit DP Vs Jupe.




Meski akhirnya kata maaf sudah saling terucap. Meski bibir sudah saling tersenyum, kembali bertegur sapa tapi siapa sangka efek dari kata yang tajam tidak  bisa hilang begitu saja.   Pertemanan sudah berubah, tidak sama lagi dengan yang sebelumnya. Sungguh sangat disesalkan. Sejak saat itu, pelajaran berharga telah dipetik. Tahukah kita, bila kita menyakiti hati seseorang, kita juga menyakiti hati orang yang ada disekelilingnya. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)

Semua berawal dari lidah. Lidah, benda sederhana yang merupakan bagian tubuh kita sebagai karunia Allah ini, ternyata menyimpan banyak kegunaan dan resiko. Dia bisa membawa kebaikan dan atau malah sebaliknya menjerumuskan seseorang, bahkan sejauh jauhnya. Susunan alfabet yang sederhana dari sebuah kata yang dihasilkan lidah kita, memiliki daya pengaruh yang bisa berdampak negatif jika tidak dirangkai secara bijaksana.

Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.

Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.


Hati apabila sudah tergores, bagaimanakah cara memperbaikinya... dia bukan tembok yang bisa kita amplas, atau jalan yang bisa di aspal biar rata kembali. Benda kecil ini, yang kadang orang Indonesia bingung menunjukkannya... (Berkata hatiku sakit tapi yang ditunjuk malah jantung...padahal hati ada dibawahnya lagi) adalah benda istimewa yang lembut dan  sekali terluka maka bentuknya tidak akan menjadi sama lagi, goresan lukanya akan  terlihat.

Tidak akan terulang lagi deh...semoga hanya ada senyuman yang manis dan kata-kata lembut menentramkan yang  akan keluar dari mulut kita. Maka dari itu, sekarang mari kita berhati-hati terhadapnya...Masih ingatkah lagu anak-anak yang liriknya ..."satu-satu aku sayang ibu...."... karena sudah dewasa jadi saya ubah ....

"Satu-satu Aku sayang suamiku..."
"Dua-dua juga sayang ayah dan ibu...."
"Tiga-tiga sayang adek kakak ..."
"Satu, dua, tiga sayang semua teman-temanku......"








Tidak ada komentar: