Selasa, 11 Mei 2010

Untuk yang sedang belajar menjadi suami yang baik.. ;-)


Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta
By M. Fauzil Adzim



Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah
istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya
yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak
menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap.

Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali
sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.


Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan
betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar
menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta
perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi
pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi
pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia? Masihkah Anda
memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-
anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda

menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara,
tulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri,
termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi
dianggap sebagai kewajibannya.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan
yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak
tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata
membelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala
tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar
kalau ia tidak sabar. Begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung
memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya
akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak
kita menjerit karena cubitannya yanq bikin sakit.

Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja
secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah
manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah
meminta kepada Anda. Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh
telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan
muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui
keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu
sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak
terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh
ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau
mendengar melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi
Saw. hanya diam menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk
mengganti mangkok yang dipecahkan.


Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan
ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya nasehat yang
perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar
hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada
penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan
bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada
ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih
tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.

Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah
kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilah kita kembali ke
bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam ,
pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu.
Lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar

Untuk menqucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang
berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk
menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat
bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh
gula dan satu cangkir cinta.

Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, " Ada secangkir minuman hangat
untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?"

Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar
membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan
tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan
pekerjaan di dapur, memandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum
mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena
mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa
yang kila lakukan.
Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa
dengan Allah di yaumil-kiyamah.

Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda.
Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan
yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih.


Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka
yang menetes dari kedua kelopaknya.

Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri
yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar.


Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita
akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap
tentang suaminya, Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."

Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau
perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk
meneruskan istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik
tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.

Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang
oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak
memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah kita ingat kembali
ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. "Wahai manusia,
sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian
mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,"kata Rasulullah Saw.
melanjutkan, 'kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian

halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam
mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. "

Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus
melaporkan kepada Allah Taala bagaimana kita menunaikan amanah dari-Nya, apakah
kita mengabaikannya sehingga gurat-gurat an dengan cepat menggerogoti wajahnya,
jauh lebih awal dari usia yang sebenarnya?

Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri ? Saya tidak tahu.
Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya suda h cukup baik.

Jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri.
Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai
suami.

Indahya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya.

Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya.

Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda.

1 komentar:

Sekarani mengatakan...

intan...mampir2 ke blog aku juga yaaa...